Minggu, 13 Desember 2015

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tanaman Tebu (Sacharum officinarum) terhadap Gambaran Darah (Jumlah Eritrosit, Leukosit, dan Hemoglobin) Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)


LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FSIOLOGI HEWAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak Tanaman Tebu (Sacharum officinarum)terhadap Gambaran Darah (Jumlah Eritrosit, Leukosit, dan Hemoglobin) Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)
                                                                                                           

 


DISUSUN OLEH :
ENDANG LISTIANI (F05111017)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
2012





BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Tanaman tebu (Sacharum officinarum)  merupakan tanaman Graminae atau rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia. Dari waktu ke waktu, industri gula selalu menghadapi berbagai masalah, sehingga produksinya belum mampu mengimbangi besarnya permintaan masyarakat (rumah tangga) dan industri. Meningkatnya konsumsi gula dari tahun ke tahun disebabkan oleh pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan penduduk dan bertambahnya penduduk yang memerlukan bahan baku berupa gula (Anonim, 1994).
Tebu termasuk kelompok tanaman C¬4 yang memiliki sifat antara lain dapat beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang terik (panas) dan bertemperatur tinggi, fotorespirasinya rendah dimana sangat efisien dalam menggunakan air serta toleran terhadap lingkungan yang mengandung garam (Elawad et. al., 1982).
Menurut Erwin dan Sastrosasmito (1995), bahwa tanah yang paling sesuai untuk tebu terutama adalah tanah alluvial yang berdrainase baik, bertekstur geluh atau geluh lempungan. Sedang menurut Pawirosemadi (1991), menyatakan bahwa tebu tidak memerlukan suatu tipe tanah khusus asalkan secara fisik sesuai. Oleh Radjagukguk (1995), dikatakan bahwa, tebu pada tanah-tanah masam mempunyai sifat yang toleran terhadap toksisitas aluminium, akan tetapi pertumbuhannya sering terhambat oleh kekurangan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah . Bila melihat prospeknya, beternak burung puyuh bisa dijadikan sebagai usaha sampingan ataupun profesi. Sebab, telur maupun daging burung puyuh, kini mulai digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Hanya saja, tingkat produktivitasnya masih jauh dari mencukupi permintaan pasar .Masalahnya, sampai saat ini masih banyak orang yang belum mengetahui prospek, cara beternak, memperoleh bibit dan pemeliharaannya dengan cara komersial. Padahal kehadiran burung puyuh ini telah dikenal orang sejak lama. Hanya tempo dulu banyak orang memeliharanya sebatas hobi dan tidak dikembangkan secara bisnis. Namun akhir-akhir ini, setelah meningkatnya jumlah kebutuhan gizi masyarakat, permintaannya semakin meningkat termasuk daging dan telur puyuh(Yasin, 1998).
Puyuh termasuk dalam klasifikasi bangsa burung. Ciri-ciri umumnya adalah tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dapat diadu, dan bersifat kanibal. Coturnix coturnix japonica merupakan salah satu jenis puyuh yang lazim diternakkan. Jenis ini termasuk famili Phasianidae dan ordo Galliformes. Bila dibandingkan dengan jenis yang lain, coturnix dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir perekor selama setahun(Listiyowati dan Roospitasari 1995).
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (http://id.wikipedia.org/wiki/Darah). 
Sel darah merah atau eritrosit ( Sekitar 90% ) Keping-keping darah atau trombosit Sel darah putih atau leukosit (http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1990228-leukosit/)

B.   TUJUAN
Untuk menentukan pengaruh pemberian ekstrak terhadap kadar hemoglobin,BDM,BDP dan bobot hati pada burung puyuh
C.   MANFAAT
1.     Memberikan kita pengetahuan tentang cara Beternak Burung Puyuh
2.     Memberikan kita pengetahuan tentang manfaat dari Burung Puyuh
3.     Menambah ketrampilan dalam pengambilan sampel.
4.     Dapat Mengetahui cara penentuan dosis
5.     Dapat mengetahui manfaat suatu sampel terhadap kadar hemoglobin
6.     Dapat mengetahui manfaat suatu sampel terhadap banyaknya BDM
7.     Dapat mengetahui manfaat suatu sampel terhadap banyaknya BDP
8.     Dapat mengetahui manfaat suatu sampel terhadap bobot hati pada burung puyuh






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam suku rumputrumputan yang dari pangkal hingga batangnya mengandung kadar gula sampai mencapai 20%. Tanaman tebu bisa hidup mulai dataran rendah sampai dataran tinggi hingga 1400 m dpl. Tanah yang sesuai untuk tanaman tebu adalah tanah yang menjamin ketersediaan air secara optimal, keasaman tanah anatara 5,5 – 7,0 dan ketersediaan unsur haranya cukup untuk mendukung pertumbuhannya (Indriani, 1992).
Daun tebu (Saccharum officinarum) dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai campuran pembuat kertas. Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Di pedesaan dadhok sering dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik.( Meskipun CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang ditangkap oleh tanaman untuk digunakan pada proses fotosintesis (Anonim,2008).
Daun tebu pada umumnya tersusun atas selulosa dan lignin yang sulit untuk didegradasi. Selulosa adalah polisakarida yang tersusun atas 1000-10.000 unit glukosa yang diikat oleh ikatan 1,4 β-glukosida. Secara alami proses degradasi memerlukan bantuan mikroorganisme yang mengeluarkan enzim selulotik. Selulosa dihidrolisis oleh enzim selulase dengan memotong ikatan 1,4 β-glukosida pada rantai panjang selulosa (Meryandini et al, 2009).
Klasifikasi Daun tebu (Saccharum officinarum)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta(menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies: Saccharum officinarum L.
Puyuh termasuk dalam klasifikasi bangsa burung. Ciri-ciri umumnya adalah tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dapat diadu, dan bersifat kanibal. Coturnix coturnix japonica merupakan salah satu jenis puyuh yang lazim diternakkan (Listiyowati dan Roospitasari 1995).
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870.Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia
Klasifikas
 Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix japonica 
(Redaksi Agromedia dalam Suparjo, 2002).

Pakan merupakan faktor penting dalam memicu aktivitas gonad ternak. Perkembangan alat reproduksi ternak sangat tergantung pada konsunisi paltannya. Kekurangan nutrien pakan dapat berakibat fatal seperti gangguan alat reproduksi, keterlambatan dewasa Itelamin dan menurunnya jumlali spermatozoa yang diliasilltan (Lake, 1983 dalam isnaeni). substansi yang penting dalam menyusun pakan unggas adalah energi dan protein, kandungannya dalam ransum sampai 70% dan 25% (Marks, 2000, dalam isnaeni). Fe atau zat besi merupakan bagian hemoglobin dan apabila kurang akan menghambat sintesis eritrosit. Sintesis yang terganggu dapat menyebabkan jumlah eritrosit akan berkurang sehingga kadar hemoglobin dan nilai hematokrit akan rendah (Tillman 1998,dalam ariyani,dkk).

Berbagai macam sel darah dapat jelas dibedakan dengan pewarna Pappenheim pada film darah (pewarna May-Grunwald dan pewarna Giemsa). Struktur nukleus lebih kurang bersifat sangat basofil dibandingkan sitoplasma, dengan cara tersebut granula dapat diperhatikan dengan baik (Martoprawiro 1986). Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah.(Evelyn C. Pearce, 2006). Dalam sediaan apus darah diperlukan pengamatan yang baik untukmengidentifikasi jenis sel darah, beberapa sel darah yang perlu diamati yaitu: Eritrosit, tampak seperti bangunan bundar berwarna merah dengan bagian tengahnya pucat tersebar di seluruh permukaaan sajian. Lihatlah sajian secara keseluruhan dengan perbesaran kecil lalu carilah bagian yang selnya agak jarang untuk mempelajari unsur darah yang lain. Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter 7,5 μm dengan ketebalan tepi 2 μm. Tengah-tengah cakra tersebut lebih tipis dengan ketebalan 1 μm. bentuk bikonkaf yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Jumlahnya sekitar 5 juta sel per mm3 darah. Sel darah putih (leukosit) warnanya bening, bentuknya lebih besar bila dibandingkan dengan sel darah merah (eritrosit), tetapi jumlahnya lebih sedikit. Dalam setiap 1mm3 darah terdapat 6000-9000 sel darah putih. Sel ini berisi sebuah inti yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir (granulosit) (Irianto 2004).

Besi di dalam darah berada dalam bentuk hemoglobin yang terdapat dalam butir-butir darah merah (eritrosit), dalam bentuk transferrin di dalam plasma darah dan dalam bentuk ferritin. Meskipun tidak cukup banyak, ferritin juga didapati di dalam butir-butir darah merah dan di dalam butir-butir darah putih (Piliang dan Djojosoebagio 2006).Hemoglobin mempunyai tugas pokok membawa atau mengangkut oksigen dari paru-paru menuju kesemua jaringan tubuh hewan. Setelah sampai di jaringan oksigen dibebaskan untuk diberikan kepada sel. Karbon dioksida yang dihasilkan oleh sel akan berdifusi ke dalam darah dan dibawa kembali ke paru-paru untuk dibuang pada saat terjadi pernafasan (Frandson 1992).
Sintesis hemoglobin dipengaruhi oleh keberadaan zat gizi dalam pakan, seperti protein dan zat besi (Murtini 2009 dalam ariyani,dkk). Menurut Strakova kadar hemoglobin pada burung puyuh petelur berkisar 7,0-13,0g/100ml. Hematokrit mempunyai hubungan yang positif dengan hemoglobin, apabila kadar hemoglobin meningkat maka kadar hematokrit pun akan meningkat dan sebaliknya (Schalm, 1965 dalam ariyani,dkk). Peningkatan nilai hematokrit, hemoglobin, dan jumlah eritrosit diatas kisaran normal dapat juga disebabkan oleh terjadinya eritrositosis. Eritrositosis dapat bersifat absolut atau relatif. Eritositosis relatif terjadi ketika nilai hematokrit tinggi namun jumlah eritrosit normal. Keadaan tersebut disebabkan oleh kontraksi limpa atau dehidrasi. Eritrositosis absolut ditandai dengan nilai hematokrit yang tinggi karena peningkatan jumlah eritrosit akibat peningkatan produksi eritropoietin (Guyton dan Hall, 1997 dalam ariyani,dkk).
Menghitung jumlah eritrosit dan leukosit yang terkandung dalam darahmemang bukan suatu hal yang mudah karena sel-sel darah merah yang terkandungdalam darah berukuran sangat kecil sehingga dibutuhkan seperangkat alat yangdinamakan dengan Hemositometer dengan bantuan mikroskop. Hemositometeradalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel secaracepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah. Dalam prosespenghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten dalamcara menghitung. Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam kamar hitungyang bersakala atau berukuran kecil dengan jumlah 4 buah untuk menghitung BDPdan 5 buah untuk menghitung BDM. Darah bagi organisme sangat penting, apabila terjadi kekurangan atau kelebihan sel darah maka mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Guyton,1995).

Secara keseluruhan, fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah membawa (sebagai carrier), oksigen dan karbondioksida, serta untuk pembentukan darah (haemoglobin). Fungsi lainnya antara lain sebagai bagian dari enzim, untuk produksi antibodi, dan untuk penghilangan (detoksifikasi) zat racun di dalam hati (Aggorodi dkk., 1995). Zat besi merupakan salah satu komponen penyusun hemoglobin. Jika tubuh kekurangan zat besi (defisiensi zat besi), maka akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Selanjutnya timbullah anemia akibat kekurangan zat besi yang disebut dengan anemia defisiensi zat besi(Rusiman, 2008). Sehingga darah yang sehat adalah darah yang cukup oksigennya, oleh karena oksigen dibawa dan diikat oleh hemoglobin (Hb), maka semakin tinggi kandungan Hb-nya maka potensi ternak untuk selalu sehat akan lebih besar  (winters dalam Dono,dkk, 2004).
Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi asam hematin. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar (Hillman,1995).

BAB III
METODE
A.   Alat dan Bahan
1.     Pemberian ekstrak tanaman
a.       Alat
1)      Timbangan
2)      Kandang puyuh
3)      Gelas ukur
4)      Seperangkat alat bedah
5)      Bak bedah
6)      Alat tulis
b.      Bahan
1)      Puyuh jantan(Coturnix-coturnix javanica) dengan umur kira-kira 6 minggu
2)      Ekstrak tanaman tebu
3)      Pakan puyuh
4)      Kapas
5)      Tisu
6)      Akuades
7)      Formalin 4%
8)      Asam asetat glacial
9)      NaCl Fisiologis
10)  Cotton Budd
2.     Kadar hemoglobin dalam darah
a.       Alat
v Hemoglobin Sahli, terdiri atas:
1)      tabung  sahli berskala (% atau gr %)
2)      pipet sahli 0,02 ml(20 cmm) dan aspirator
3)      standar warna sahli
4)      alat pengaduk
5)      pengukur waktu (tidak selalu tersedia)
v Jarum penusuk pembuluh darah(lanset,franke atau lainnya).
v Gunting(bila perlu)
b.      Bahan
1)      HCL 0,1 N
2)      Aquadestilata
3)      Alkohol 70% dan kapas


3.     Jumlah BDM dan BDP dalam darah
a.       Alat:
1)      Hemositometer Neubauer atau merek lainnya,yang terdiri atas:
a) Kamar hitung dan kaca penutupnya
2)       Pipet (pengencer) eritrosit,dengan ciri di dalamnya terdapat butiran berwarna merah , dan skala pada pipet tersebut : 0,5 -1,0 -1,1.
3)      Pipet (pengencer) leukosit,dengan ciri di dalamnya terdapat butiran berwarna putih,dan skala pada pipet ini: 0,5 – 1,0 -1,1
4)      Kedua pipet tersebut dilengkapi dengan aspirator
5)      Mikroskop biasa,dengan objektif 10 x dan 45 x; okuler : 10 x
6)      Alat pengambil darah : lanset / jarum franke
7)      Cawan / mangkok kecil (2) untuk tempat larutan pengencer
8)      Alat untuk menghitung (hand counter)
9)      Gunting bila perlu
b.      Bahan:
1)    Larutan pengencer dapat dipilih:
2)    Untuk eritrosit misalnya larutan hayem
3)    .Untuk leukosit aves : modifikasi Rees dan Ecker
4)    Alkohol 70% kertas atau kain penyerap yang halus (kertas tissue).

B.   Waktu dan Tempat
1.       Aklimatisasi burung puyuh
Hari, tanggal        :  Selasa, 13 November 2012 – Rabu, 17 November 2012
Tempat       :  Rumah kasa laboratorium biologi FKIP Untan


2.       Pemberian larutan pengujian
Hari, tanggal        :  Rabu, 17 November 2012 – Selasa, 27 November 2012
Waktu                  :  12.00 WIB
Tempat       : Rumah kasa laboratorium biologi FKIP Untan


3.       Penghitungan jumlah BDP dan BDM, pengukuran kadar hemoglobin, serta pengukuran bobot hati
Hari, tanggal        :  Rabu, 28 November 2012
Waktu                  :  15.00 WIB – 19.30 WIB
Tempat       :  Laboratorium biologi FKIP Untan

C.   Langkah Kerja
1.     Pembuatan Ekstrak
a.     Ditimbang berat basah daun tebu yang muda ± 1 kg, kemudian dibersihkan dan diambil bagian yang diinginkan.
b.     Dikeringkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari dengan dialasi dan ditutupi koran supaya daun tidak terkontaminasi kotoran atau berceceran. Daun dijemur selama ± 3 hari atau hingga tecapai berat konstan daun.
c.      Dicincang halus daun yang sudah kering.
d.     Direndam dengan larutan methanol 90% sebanyak 1 liter selama 2 x 24 jam. Perendaman dilakukan di dalam ken dan pada saat perendaman harus sering di goncang supaya daun tersebut dapat terendam merata.
e.      Disaring untuk mendapatkan hasil perendaman pertama, hasil penyaringan kemudian di tampung pada petri dish dan dikeringkan dengan cara di kipas selama 24 jam atau hingga kering.
f.       Ampas dari penyaringan pertama direndam kembali dan dilakukan hal yang sama seperti pada perendaman pertama. Kemudian disaring untuk mendapatkan hasil perendaman kedua. Dituangkan ke dalam petri dish dan dikeringkan dengan kipas angin selama 24 jam.
g.     Hasil penyaringan pertama dan kedua yang sudah dikeringkan dengan kipas angin  kemudian digabungkan dan dikeringkan kembali serta dimasukkan ke dalam botol.
h.     Botol yang digunakan sebagai wadah untuk penyimpanan ekstrak ditimbang agar diketahui berat ekstrak yang diperoleh nantinya.
i.       Hasil penggabungan tersebut kemudian dikeringkan kembali hingga benar-benar kering di dalam botol tersebut.
j.       Setelah kering / beratnya menjadi konstan, botol tersebut di segel dan disimpan sebelum digunakan dalam percobaan.

2.     Penentuan Dosis dan pemberiannya
·       15 ekor burung puyuh ditimbang berat badannya masing-masing
·       Berdasarkan berat badan tiap-tiap burung ditentukan jumlah aquadest, larutan stock ekstrak daun tebu, dan immunostimulant sesuai dosis berikut:
1.     Dosis aquadest: 0,5 ml / 200 gr BB
2.     Dosis ekstrak daun tebu: 125 mg / kg BB (dalam larutan stock 2 gr ekstrak /      50 ml          aquadest).
3.     Dosis immunostimulant: 0,5 ml / kg BB
·        Penentuan dosis dilakukan pada hari ke-1, ke-3, dan ke-7 seiring dengan perubahan  berat badan burung puyuh.

3.     Pengujian
a.     Pengujian ekstrak tumbuhan terhadap fisiologi darah burung puyuh
1)    Burung puyuh jantan berjumlah 15 ekor, dikelompokan menjadi 3 yaitu 5 ekor kelompok kontrol, 5 ekor kelompok perlakuan, dan 5 ekor kelompok kontrol positif.
2)    Burung puyuh diaklimatisasi selama 7 hari
3)    Burung puyuh diberi perlakuan selama 10 hari , setiap 3 hari berat puyuh ditimbang. Burung diberi pakan standar adlibitum
4)    Pada hari ke 11 darah burung diambil selanjutnya dilakukan pembedahan dan penimbangan organ hati.
5)    Parameter yang diukur meliputi kadar Hb, jumlah BDM, BDP, dan bobot organ hati.
b.     Kadar hemoglobin dalam darah
1)    Tabung sahli diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai angka 10 (garis paling bawah pada tabung)
2)    Tempat pengambilan darah dibersihakan dengan menggunakan kapas beralkohol dan dibiarkan hingga kering.
3)    Pembuluh darah ditusuk dengan menggunakan pipet sahli dan aspiratorinya, darah dihisap sampai batas 0,02 ml perlahan-lahan.
4)    Ujung pipet dibersihkan den segera dimasukkan darah ke dalam tabung sahli, tabung sahli diletakan antara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer.
5)    Dibiarkan selama 3 menit sampai terbentuk asam hematin yang berwarna coklat.
6)    Dengan menggunakan pipet tetes, ditambahkan ke dalam tebung setetes-setetes aquadestilata sambil diaduk, sampai warna sama dengan warna standar.
7)    Tinggi permukaan cairan dibaca pada tabung sahli dengan melihat skala jalur gr o/o , yang berarti banyaknya hemoglobin dalam per 100 ml darah , jalur skala lainnya pada tabung sahli, kalau ada yang ,menunjukan  o/o hemoglobin terhadap nilai hemoglobin normal 15,6 gr o/o , atau nilai normal lainnya yang tertera pada alat hemoglobinometer.
c.      Jumlah Butir darah merah dan jumlah butir darah putih
-         Untuk Menghitung Butir darah merah (eritrosit)
1)    Aspirator dipasang pada ujung pipet eritrosit.
2)    Setelah dibersihkan daerah tempat pengambilan darah, tusuk pembuluh darahnya, darah yang pertama keluar dihapus dulu, dengan menggunakan aspirator pada pipet, darah dihisap darah yang keluar berikutnya, sampai pada batas angka 0,5 atau 1,0 pada pipet eritrosit.
3)    Ujung pipet dibersihkan dengan kertas atau kain yang halus(kertas tissue).
4)    Dengan cepat dan hati-hati, dihisaplah larutan pengencer Hayem sampai tanda 101 yang tertera pada pipet, harus diperhatikan pada waktu menghisap darah atau larutan pengencer tidak boleh ada gelembung udara, bila hal ini terjadi  harus diulang, juga terdapat bekuan, bila kelebihan sedikit larutan yang dihisap, dengan hati-hati disinggungkanlah ujung pipet pada kertas tissue , jangan ditiup.
5)    Aspirator dilepaskan dengan hati-hati dari pipetnya, harus dijaga agar tidak ada cairan yang keluar dari pipet.
6)    Dengan menutup kedua ujung pipet dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, dikocoklah isi pipet dengan cara membuat gerakan angka 8 agar yang tercampur hanyalah yang terdapat dibagian pipet yang membesar saja (1,0-101)
7)    Cairan dibuang pada ujung pipet yang tidak ikut terkocok
8)    Dimasukan dengan hati-hati setetes cairan kedalam kamar hitung dengan cara menempelkan ujung pipet pada tempat pertemuan antara dasar kamar hitung dan kaca penutup, jangan ditiup.
9)    Butir-butir darah dibiarkan yang ada di dalam kamar hitung mengendap.
10)                       Jumlah butir darah merah dihitung dengan menggunakan teknikyang telah di kemukakan tadi untuk menghitung jumlah butir darah putih (leukosit)
-         Teknik yang sama dengan pada butir darah merah, perbedaannya terdapat dalam macam pipet, larutan pengencer, dan ruang hitungnya.
1)    Dengan pipet leukosit, darah dihisap sampai tanda 0,5 atau sampai 1,0
2)    Kemudian larutan pengencer Turk diisap sampai tanda 11 pada ujung lain pipet ini
3)    Selanjutnya cara sama debgan BDM

D.         ANALISIS DATA
Perhitungan BDM
Rumus:
 a x 50 x 200
a = jumlah butir sel darah merah
Kandang 1(kontrol) pemberian aquades
A I = 218 x 50 x 200 = 2.180.000
A II = 256 x 50 x 200 = 2.560.000
A III = 499 x 50 x 200 = 4.990.000
A IV = 454 x 50 x 200 = 4.540.000
A V = 357 x 50 x 200 = 3.570.000
Rata-rata = 3.568.000

Kandang 2 pemberian ekstrak tebu
B I = 841 x 50 x 200 = 8.410.000
B II = 269 x 50 x 200 = 2.690.000
B III =563 x 50 x 200 = 5.630.000
B IV = 631 x 50 x 200 = 6.310.000
B V = 821 x 50 x 200 = 8.210.000
Rata-rata = 6.250.000
Kandang  3 pemberian stimuno
C I = 860 x 50 x 200 = 8.600.000
C II = 2326 x 50 x 200 = 23.260.000
C III = 855 x 50 x 200 = 8.550.000
C IV = 789 x 50 x 200 = 7.890.000
C V = 1050 x 50 x 200 = 10.500.000
Rata-rata = 11.760.000
Perhitungan jumlah butir BDP pada burung puyuh
Rumus
BDP = b x 50
Kandang 1 pemberian aquades
A I = 34 x 50 = 1.700
A II = 143 x 50 = 7.150
A III = 164 x 50 = 8.200
A IV =54  x 50 =  2.700
AV = 54 x 50 = 3.900
Rata-rata = 4.730


Kandang 2 pemberian ekstrak tebu
BI =  245 x 50 = 12.250
BII = 364 x 50 = 18.250
BIII = 301 x 50 = 15.050
BIV  = 291 x 50 = 14.550
BV = 215 x 50 = 10750
Rata-rata = 14.170
Kandang 3 pemberian stimuno
CI = 750 x 50 = 37.500
CII = 576 x 50 = 28.800
CIII = 471 x 50 = 23550
CIV = 804 x 50 =  40.200
CV = 383 x 50 = 19.150
Rata-rata = 29.840
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil pengamatan
DATA HASIL PENGAMATAN BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix javonica)
1. DOSIS PEMBERIAN AQUADES, EKSTRAK, DAN STIMUNO
NO KANDANG
PERLAKUAN
JUMLAH DOSIS (ml)
21
NOV ‘12
22 NOV ‘12
23 NOV ‘12
24 NOV ‘12
25 NOV ‘12
26 NOV ‘12
27 NOV ‘12
KANDANG I
PEMBERIAN AQUADES
A I
0.325
0.325
0.325
0.325
0.325
0.325
0.325
A II
0.375
0.375
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
A III
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.375
A IV
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
A V
0.375
0.375
0.35
0.35
0.35
0.35
0.375
KANDANG II
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN TEBU
B I
0.47
0.47
0.41
0.41
0.41
0.41
0.35
B II
0.44
0.44
0.41
0.41
0.41
0.41
0.325
B III
0.41
0.41
0.44
0.44
0.44
0.44
0.35
B IV
0.44
0.44
0.41
0.41
0.41
0.41
0.35
B V
0.5
0.5
0.44
0.44
0.44
0.44
0.35
KANDANG III
PEMBERIAN STIMUNO (IMMUNO STIMULANT)
C I
0.375
0.375
0.275
0.275
0.275
0.275
0.325
C II
0.375
0.375
0.35
0.35
0.35
0.35
0.375
C III
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
C IV
0.3
0.3
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
C V
0.375
0.375
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35

2. BERAT BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix javonica)
HARI/
TANGGAL
KANDANG I (AQUADES)
BERAT DALAM ONS
KANDANG II (EKSTRAK )
BERAT DALAM ONS
KANDANG III (STIMUNO)
BERAT DALAM ONS
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
SABTU
 17-11-2012
1.5
1.5
1.5
1.4
1.5
1.6
1.5
1.5
1.4
1.5
1.6
1.7
1.5
1.4
1.6
SELASA
 20-11-2012
1.3
1.5
1.4
1.4
1.5
1.5
1.4
1.3
1.4
1.6
1.5
1.5
1.4
1.2
1.5
JUM’AT
23-11-2012
1.3
1.4
1.4
1.4
1.4
1.3
1.3
1.4
1.3
1.4
1.1
1.4
1.4
1.4
1.4
SELASA,
27-11-2012
1.3
1.4
1.5
1.4
1.5
1.4
1.3
1.4
1.4
1.4
1.3
1.5
1.4
1.4
1.4
·          Berat ekstrak = 10.23 gram

3. PENGAMATAN HATI BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix javonica)                                                                                                                                              
NO KANDANG
PERLAKUAN
BERAT (gram)
WARNA
KANDANG I (kandang kontrol)
PEMBERIAN AQUADES
A I
2.65
Merah kecoklatan
A II
1.74
Merah kecoklatan
A III
2.43
Merah kecoklatan
A IV
4.54
Merah kecoklatan
A V
1.93
Merah kecoklatan
KANDANG II
(kandang perlakuan)
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN TEBU
B I
1.87
Merah kecoklatan
B II
3.53
Merah kecoklatan
BIII
2.45
Merah kecoklatan
B IV
2.57
Merah kecoklatan
B V
2.58
Merah kecoklatan
KANDANG III
(kandang kontrol positif)
PEMBERIAN STIMUNO (IMMUNO STIMULANT)
C I
3.37
Pucat
C II
2.91
Merah kecoklatan
C III
2.00
Merah kecoklatan
C IV
3.18
Merah kecoklatan
C V
1.67
Merah kecoklatan

4. PENGAMATAN KADAR HB, BDP, DAN BDM
NO KANDANG
PERLAKUAN
HB
BDP
BDM
KANDANG I (kandang kontrol)
PEMBERIAN AQUADES
A I
16.2%
34
218
A II
10.2%
143
256
A III
20.2%
164
449
A IV
7.7%
54
454
A V
7%
78
357
KANDANG II
(kandang perlakuan)
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN TEBU
B I
10.8%
245
841
B II
10.8%
364
269
BIII
16%
301
563
B IV
5.7%
291
631
B V
9%
215
821
KANDANG III
(kandang kontrol positif)
PEMBERIAN STIMUNO (IMMUNO STIMULANT)
C I
10.6%
750
860
C II
14.2%
576
2326
C III
9.8%
471
855
C IV
6.6%
804
789
C V
8.8%
383
1050

B.   Pembahasan
pada praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak terhadap jumlah darah yaitu BDM, BDP dan Hemoglobin pada darah burung puyuh (Coturnix-coturnix javonica) serta mengetahui berat hatinya, pada pecobaan ini ekstrak yang kami menggunakan adalah ekstrak dari pucuk daun tebu, disini kami menggunakan 15 sampel burung puyuh yang menempati kandang yang dibagi menjadi 3 bagian  yaitu dengan tanda A,B,dan C pada kandang A terdiri dari A1,A2,A3,A4, dan A5 diberi perlakuan A1,A2,A3,A4, dan A5 merupakan kandang kontrol, burung puyuh pada kandang ini diberi perlakuan dengan menggunakan  aquades, kemudian pada kandang B yang terdiri dari B1,B2,B3,B4, dan B5 merupakan kandang perlakuan dimana burung puyuh pada kandang ini diberi ekstrak daun tebu, dan pada kandang C yaitu C1,C2,C3,C4,dan C5 adalah kandang kontrol positif dimana pada kandang ini burung puyuh diberi imuno stimulan yaitu stimuno rasa jeruk. Perlakuan dilakukan 17 hari, 7 hari yang pertama dilakukan aklimatisasi (suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme  terhadap suatu  lingkungan baru yang akan dimasukinya)  terhadap burung puyuh  selama 7 hari setelah itu dilanjutkan dengan proses pengujian ekstrak selama 10 hari a yang mana di lakukan selama 3 hari sekali. namun jika dilihat dari keadaan berat badan burung selama proses pencekokan, berat badan burung tersebut mengalami fluktuasi yang tidak stabil. Kami menggunakan percobaan dengna menggunakan burung puyuh dan daun tebu dikarenakan burung puyuh sangat ekonomis untuk penelitian karena ukuran yang kecil, siklus reproduksi singkat, lebih sensitive terhadap substansi estrogenik dari pada anak ayam (Istriyati, 2003). Sedangkan pada daun tebu adalah nutrisinya dimana pada tebu ini terdapat senyawa octacosanol sejenis alcohol rantai panjang yang mampu menurunkan kadar kolesterol dalm darah. Octacosanol juga menghambat penumpukan plak pada dinding pembuluh, bahkan dapat melakukan perlindungan terhadap oksidasi protein darah.
Untuk mengetahui jumlah eritrosit dalam darah dilakukan penghitungan eritrosit dengan menggunakan hemasitometer. Penambahan larutan Hayem adalah untuk melisiskan sel darah putih unutk memudahkan perhitungan darah merah. Dengan menggunakan larutan Hayem tersebut, darah sekaligus diencerkan 200x menggunakan pipet eritrosit. Setelah tercampur merata, kemudian sel darah dihitung di bawah mikroskop dengan gelas neaubaeuer. Metode yang digunakan adalah metode kamar hitung. Perhitungan hanya dilakukan pada 5 kamar yang kemudian diambil nilai rata-ratanya. Jumlah butir darah yang berada dalam kamar hitung hanya mewakili sebagian dari banyaknya butir darah dalam 0,5 mm darah seluruhnya. Sehingga diperlukan perhitungan lebih lanjut dengan mengalikan faktor pengenceran dan jumlah darah, didapatkan hasil akhir Dari pengamatan didapat bahwa rata-rata jumlah BDM pada kandang kontrol adalah 3.568.000, lalu pada kandang perlakuan rata-rata jumlah BDM nya adalah 6.250.000, kemudian pada kandang kontrol positif rata-rata jumlah BDM nya adalah 11.760.000. pada keadaan normal nya jumlah BDM pada unggas rata-ratanya adalah 3.500.00, sehingga pada puyuh kandang kontrol jumlah BDM nya normal. Dari pengamatan ini juga terlihat bahwa jumlah BDM tertinggi adalah pada puyuh kandang kontrol positif. Kemudian pada Hal ini tidak sejalan dengan hasil tertinggi pada kadar hemoglobin, yang mana pada kandang kontrol kadar hemoglobinya lebih besar. Seharusnya apabila kadar hemoglobin besar, maka jumlah BDM nya akan besar pula, karena hemoglobin(Hb) merupakan komponen esensial sel-sel darah merah (eritrosit).
 Menurut sumber, jumlah butir darah merah pada burung puyuh berjumlah sekitar 5.000.000. Sedikit perbedaan terjadi karena hasil pengamatan yang kurang teliti dari pengamatan dan ketidaktepatan rasio antara darah dan larutan pengencer (hayem) dalam pengenceran.
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Sistem pertahanan ini sebagian dibentuk di dalam sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfoid (limfosit dan sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Kebanyakan leukosit secara khusus diangkut menuju daerah-daerah yang mengalami peradangan (Guyton 1997).
Jumlah total leukosit per mililiter darah adalah refleksi dari keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan berbagai jaringan terhadap leukosit. Aktivitas yang cukup mempengaruhi jumlah total leukosit dalam keadaan sehat (Schalm &Carrol 1975).
Kemudian pada pengukuran bobot hati puyuh didapat dari hasil pengamatan bahwa rata-rata bobot hat pada kandang kontrol adalah 2,66, lalu rata-rata bobot hati pada kandang perlakuan adalah 2,6, kemudian rata-rata bobot hati pada kandang kontrol positif adalah 2,63. Dari hasil tersebut didapat bahwa bobot hati paling besar adalah pada puyuh kandang kontrol.
Fungsi hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dariseluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh, Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar dan Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasilmetabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakahseseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui denganpengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin darinormal berarti kekurangan darah yang disebut anemia.kemudian Untuk menghitung jumlah leukosit,digunakan Larutan turk yang mana merupakan larutan asam yang penambahannya digunakan untuk melarutkan darah, sehingga leukosit mudah untuk dihitung. Dari pengamatan didapat rata-rata kedar BDP pada kandang kontrol adalah 4.730, lalu rata-rata BDP pada kandang perlakuan adalah 14.170, kemudian rata-rata jumlah BDP pada kandang kontrol pofitif adalah 29.840. Dari hasil tersebut didapat bahwa jumlah BDP terbesar adalah pada puyuh pada kandang kontrol positif, hal ini dapat dikarenakan pada puyuh kandang kontrol positif dalam perlakuannya diberi imuno stimulan, yang mana kandungan dari stimuno ini dapat meningkatkan produksi sel darah putih. Selain itu, penigkatan jumlah sel darah putih dapat disebabkan karena adanya virus yang mencoba mengganggu sistem tubuh, sehingga pembentukkan atau produksi sel darah putih semakin menigkat pula atau semakin banyak
Kemudian pada pengukuran bobot hati puyuh didapat dari hasil pengamatan bahwa rata-rata bobot hat pada kandang kontrol adalah 2,66, lalu rata-rata bobot hati pada kandang perlakuan adalah 2,6, kemudian rata-rata bobot hati pada kandang kontrol positif adalah 2,63. Dari hasil tersebut didapat bahwa bobot hati paling besar adalah pada puyuh kandang kontrol.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
pemberian ekstrak tanaman tebu (Sacharum officinarum) dapat menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin, sel darah merah, sel darah putih serta berat bobot hatinya hal ini dikarenakan pada tebu terdapat senyawa octacosanol pada daun tebu itu sendiri. Dimana produksi sel darah merah itu sendiri dipengaruhi oleh hormon eritropoietin (EPO),suatu hormon yang dilepaskan ginjal sebagai respon terhadap kadar oksigen yang rendah(hipoksia).Apabila sel darah merah meningkat, maka kadar hemoglobinya juga meningkat karena hemoglobin merupakan komponen utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen. Kemudian untuk sel darah putih, peningkatanya dapat dipengaruhi adanya virus yang mencoba mengganggu sistem pertahanan tubuh, sehingga pembentukkan atau produksi sel darah putih semakin menigkat pula.
B.   Saran
Pada saat melakukan aklimitasi pada burung puyuh diharapkan praktikan melakukannya dengan sungguh-sungguh sehingga tidak terjadi kekeliruan pada analisis data,dan pada saat penentuan Dosis yang akan diberikan. untuk bururng puyuh perlu dilakukan dengan teliti dan seksama karena apabila salah itu akan berpengaruh kepada hasil akhirnya nanti.
Pada saat melakukan perhitungan terhadap BDM,BDP dan Hemoglobin perlu dilakukan pengamatan dengan sungguh-sungguh untuk menghitung kadar BDM dan BDP dan membedakan warna pada penentuan kadar hemoglobin





DAFTAR PUSTAKA
Aggorodi, H.R, 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka, Jakarta. (dalam Jurnal I Ketut Mudite Adyane, dkk. Vol 23,No.3,September 2007).Diakses tanggal 18 desember 2012 pukul 18.00 WIB.
Ariyani, S , dkk . 2012 . STATUS DARAH DAN TITER NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG PUYUH PETELUR YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN TEPUNG DAUN OROK-OROK (Crotalaria usaramoensis)SEBAGAI SUMBER PROTEIN . volume 1 . nomor 1 . halaman 193-202 . semarang : Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang Animal Agricultural Journal.
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New Jersey : Prentince Hall.

Dono , D , dkk . 2006 . PROFIL DARAH DAN BURSA FABRICUS AYAM BROILER YANG MENDAPATKAN SUPLEMENTASI JAHE MERAH DALAM RANSUMNYA . volume 19 . nomor 2 . halaman 139-144 . jogjakarta : Universitas Gajah Mada.
Elewad, S. H.,L.H.Allen Jr.,G.J. Gacho.1982.Respose of sugarcane to silicate  Soure and Rate:I. Growth and Yield.II. Leaf Freckling and Nutrition. Agronomy Journal. 74(3) : 481-484.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Guyton, Arthur C.1995.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7.Buku Kedokteran EGC.
Hillman RS, Ault KA. 1995. Iron Deficiency Anemia Hematology in Clinical Practice A Guide to Diagnosis and Management. McGraw Hill. New York : 72-85.
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1.Bandung : CV. Yrama Widya
Listiyowati. E., dan Roospitasari. K., 2000. Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta. (dalam jurnal Afif Zuldi. Januari 2011). (Diakses tanggal 19 Desember 2012).
Meryandini Anja et al. 2009. Isolasi bakteri dan karakterisasi enzimnya.  Makara Sains 2009; 13: 33-38.
Suhardi, Koesnandar,  Indriani, Arnaldo. 2008. Biosafety : Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. Jakarta : PT. Multazam Mitra Prima.


















LAMPIRAN
A.     Pemilihan daun tebu :











B.       Pengeringan ekstrak :








































C.      Puyuh dan kadang puyuh :











D.     Pemotongan Puyuh





















E.        Hati Puyuh :









F.       Pembedahan :

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates