LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FSIOLOGI HEWAN
Pengaruh Pemberian
Ekstrak Tanaman Tebu (Sacharum
officinarum)terhadap Gambaran Darah
(Jumlah Eritrosit, Leukosit, dan Hemoglobin) Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)
DISUSUN OLEH :
ENDANG LISTIANI (F05111017)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNG PURA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman tebu (Sacharum
officinarum) merupakan tanaman Graminae atau
rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula. Gula merupakan
salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia. Dari waktu ke
waktu, industri gula selalu menghadapi berbagai masalah, sehingga produksinya
belum mampu mengimbangi besarnya permintaan masyarakat (rumah tangga) dan
industri. Meningkatnya konsumsi gula dari tahun ke tahun disebabkan oleh
pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan penduduk dan bertambahnya penduduk
yang memerlukan bahan baku berupa gula (Anonim, 1994).
Tebu termasuk kelompok tanaman C¬4 yang memiliki
sifat antara lain dapat beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang terik
(panas) dan bertemperatur tinggi, fotorespirasinya rendah dimana sangat efisien
dalam menggunakan air serta toleran terhadap lingkungan yang mengandung garam
(Elawad et. al., 1982).
Menurut Erwin dan Sastrosasmito (1995), bahwa tanah
yang paling sesuai untuk tebu terutama adalah tanah alluvial yang berdrainase
baik, bertekstur geluh atau geluh lempungan. Sedang menurut Pawirosemadi
(1991), menyatakan bahwa tebu tidak memerlukan suatu tipe tanah khusus asalkan
secara fisik sesuai. Oleh Radjagukguk (1995), dikatakan bahwa, tebu pada
tanah-tanah masam mempunyai sifat yang toleran terhadap toksisitas aluminium,
akan tetapi pertumbuhannya sering terhambat oleh kekurangan kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg).
Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah . Bila melihat prospeknya, beternak burung puyuh bisa dijadikan sebagai usaha sampingan ataupun profesi. Sebab, telur maupun daging burung puyuh, kini mulai digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Hanya saja, tingkat produktivitasnya masih jauh dari mencukupi permintaan pasar .Masalahnya, sampai saat ini masih banyak orang yang belum mengetahui prospek, cara beternak, memperoleh bibit dan pemeliharaannya dengan cara komersial. Padahal kehadiran burung puyuh ini telah dikenal orang sejak lama. Hanya tempo dulu banyak orang memeliharanya sebatas hobi dan tidak dikembangkan secara bisnis. Namun akhir-akhir ini, setelah meningkatnya jumlah kebutuhan gizi masyarakat, permintaannya semakin meningkat termasuk daging dan telur puyuh(Yasin, 1998).
Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah . Bila melihat prospeknya, beternak burung puyuh bisa dijadikan sebagai usaha sampingan ataupun profesi. Sebab, telur maupun daging burung puyuh, kini mulai digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Hanya saja, tingkat produktivitasnya masih jauh dari mencukupi permintaan pasar .Masalahnya, sampai saat ini masih banyak orang yang belum mengetahui prospek, cara beternak, memperoleh bibit dan pemeliharaannya dengan cara komersial. Padahal kehadiran burung puyuh ini telah dikenal orang sejak lama. Hanya tempo dulu banyak orang memeliharanya sebatas hobi dan tidak dikembangkan secara bisnis. Namun akhir-akhir ini, setelah meningkatnya jumlah kebutuhan gizi masyarakat, permintaannya semakin meningkat termasuk daging dan telur puyuh(Yasin, 1998).
Puyuh termasuk dalam klasifikasi bangsa burung.
Ciri-ciri umumnya adalah tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil,
berkaki pendek, dapat diadu, dan bersifat kanibal. Coturnix coturnix
japonica merupakan salah satu jenis puyuh yang lazim diternakkan. Jenis ini
termasuk famili Phasianidae dan ordo Galliformes. Bila dibandingkan dengan
jenis yang lain, coturnix dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir
perekor selama setahun(Listiyowati dan Roospitasari 1995).
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (http://id.wikipedia.org/wiki/Darah).
Sel darah merah atau eritrosit ( Sekitar 90% ) Keping-keping darah atau trombosit Sel darah putih atau leukosit (http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1990228-leukosit/)
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (http://id.wikipedia.org/wiki/Darah).
Sel darah merah atau eritrosit ( Sekitar 90% ) Keping-keping darah atau trombosit Sel darah putih atau leukosit (http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1990228-leukosit/)
B.
TUJUAN
Untuk
menentukan pengaruh pemberian ekstrak terhadap kadar hemoglobin,BDM,BDP dan
bobot hati pada burung puyuh
C.
MANFAAT
1.
Memberikan kita pengetahuan tentang cara Beternak
Burung Puyuh
2.
Memberikan kita pengetahuan tentang manfaat dari
Burung Puyuh
3.
Menambah ketrampilan dalam pengambilan
sampel.
4.
Dapat Mengetahui cara penentuan dosis
5.
Dapat mengetahui manfaat suatu sampel terhadap kadar
hemoglobin
6.
Dapat mengetahui manfaat suatu sampel terhadap
banyaknya BDM
7.
Dapat mengetahui manfaat suatu
sampel terhadap banyaknya BDP
8.
Dapat mengetahui manfaat suatu
sampel terhadap bobot hati pada burung puyuh
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tebu (Saccharum officinarum) termasuk
dalam suku rumputrumputan yang dari pangkal hingga batangnya
mengandung kadar gula sampai mencapai 20%. Tanaman tebu bisa hidup mulai
dataran rendah sampai dataran tinggi hingga 1400 m dpl. Tanah yang
sesuai untuk tanaman tebu adalah tanah yang menjamin ketersediaan air secara
optimal, keasaman tanah anatara 5,5 – 7,0 dan ketersediaan unsur haranya cukup
untuk mendukung pertumbuhannya (Indriani, 1992).
Daun tebu (Saccharum
officinarum)
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau
atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan
bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai campuran
pembuat kertas. Daun tebu yang kering
(dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori
cukup tinggi. Di pedesaan dadhok sering dipakai sebagai bahan bakar
untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini
juga cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang
tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk
proses produksi dan pembangkit listrik.( Meskipun CO2 yang dilepaskan
sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang
ditangkap oleh tanaman untuk digunakan pada proses fotosintesis (Anonim,2008).
Daun tebu pada umumnya
tersusun atas selulosa dan lignin yang sulit untuk didegradasi. Selulosa adalah
polisakarida yang tersusun atas 1000-10.000 unit glukosa yang diikat oleh
ikatan 1,4 β-glukosida. Secara alami proses degradasi memerlukan bantuan
mikroorganisme yang mengeluarkan enzim selulotik. Selulosa dihidrolisis oleh
enzim selulase dengan memotong ikatan 1,4 β-glukosida pada rantai panjang
selulosa (Meryandini et al,
2009).
Klasifikasi Daun tebu (Saccharum
officinarum)
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta(menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub
Kelas : Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus
: Saccharum
Spesies:
Saccharum officinarum L.
Puyuh termasuk dalam klasifikasi bangsa burung.
Ciri-ciri umumnya adalah tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil,
berkaki pendek, dapat diadu, dan bersifat kanibal. Coturnix coturnix
japonica merupakan salah satu jenis puyuh yang lazim diternakkan
(Listiyowati dan Roospitasari 1995).
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh
relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak
(Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung
(liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870.Dan terus
dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan
diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang
ternak yang ada di Indonesia
Klasifikas
Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix japonica
(Redaksi Agromedia dalam Suparjo, 2002).
Klasifikas
Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix japonica
(Redaksi Agromedia dalam Suparjo, 2002).
Pakan merupakan faktor penting dalam memicu aktivitas gonad ternak. Perkembangan alat reproduksi ternak sangat tergantung pada konsunisi paltannya. Kekurangan nutrien pakan dapat berakibat fatal seperti gangguan alat reproduksi, keterlambatan dewasa Itelamin dan menurunnya jumlali spermatozoa yang diliasilltan (Lake, 1983 dalam isnaeni). substansi yang penting dalam menyusun pakan unggas adalah energi dan protein, kandungannya dalam ransum sampai 70% dan 25% (Marks, 2000, dalam isnaeni). Fe atau zat besi merupakan bagian hemoglobin dan apabila kurang akan menghambat sintesis eritrosit. Sintesis yang terganggu dapat menyebabkan jumlah eritrosit akan berkurang sehingga kadar hemoglobin dan nilai hematokrit akan rendah (Tillman 1998,dalam ariyani,dkk).
Berbagai macam sel
darah dapat jelas dibedakan dengan pewarna Pappenheim pada film darah (pewarna
May-Grunwald dan pewarna Giemsa). Struktur nukleus lebih kurang bersifat sangat
basofil dibandingkan sitoplasma, dengan cara tersebut granula dapat
diperhatikan dengan baik (Martoprawiro 1986). Darah adalah jaringan cair yang
terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri
dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara
keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter.
Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel
darah.(Evelyn C. Pearce, 2006). Dalam sediaan apus darah diperlukan pengamatan
yang baik untukmengidentifikasi jenis sel darah, beberapa sel darah yang perlu
diamati yaitu: Eritrosit, tampak seperti bangunan bundar berwarna merah dengan
bagian tengahnya pucat tersebar di seluruh permukaaan sajian. Lihatlah sajian secara
keseluruhan dengan perbesaran kecil lalu carilah bagian yang selnya agak jarang
untuk mempelajari unsur darah yang lain. Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf
dengan diameter 7,5 μm dengan ketebalan tepi 2 μm. Tengah-tengah cakra tersebut
lebih tipis dengan ketebalan 1 μm. bentuk bikonkaf yang menarik ini mempercepat
pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Jumlahnya sekitar 5 juta
sel per mm3 darah. Sel darah putih (leukosit) warnanya bening,
bentuknya lebih besar bila dibandingkan dengan sel darah merah (eritrosit),
tetapi jumlahnya lebih sedikit. Dalam setiap 1mm3 darah terdapat 6000-9000 sel
darah putih. Sel ini berisi sebuah inti yang berbelah banyak dan protoplasmanya
berbulir (granulosit) (Irianto 2004).
Besi di dalam darah
berada dalam bentuk hemoglobin yang terdapat dalam butir-butir darah merah
(eritrosit), dalam bentuk transferrin di dalam plasma darah dan dalam bentuk
ferritin. Meskipun tidak cukup banyak, ferritin juga didapati di dalam
butir-butir darah merah dan di dalam butir-butir darah putih (Piliang dan Djojosoebagio
2006).Hemoglobin mempunyai tugas pokok membawa atau mengangkut oksigen dari
paru-paru menuju kesemua jaringan tubuh hewan. Setelah sampai di jaringan oksigen
dibebaskan untuk diberikan kepada sel. Karbon dioksida yang dihasilkan oleh sel
akan berdifusi ke dalam darah dan dibawa kembali ke paru-paru untuk dibuang
pada saat terjadi pernafasan (Frandson 1992).
Sintesis
hemoglobin dipengaruhi oleh keberadaan zat gizi dalam pakan, seperti protein
dan zat besi (Murtini 2009 dalam ariyani,dkk). Menurut Strakova kadar
hemoglobin pada burung puyuh petelur berkisar 7,0-13,0g/100ml. Hematokrit
mempunyai hubungan yang positif dengan hemoglobin, apabila kadar hemoglobin
meningkat maka kadar hematokrit pun akan meningkat dan sebaliknya (Schalm, 1965
dalam ariyani,dkk). Peningkatan nilai hematokrit, hemoglobin, dan jumlah
eritrosit diatas kisaran normal dapat juga disebabkan oleh terjadinya
eritrositosis. Eritrositosis dapat bersifat absolut atau relatif. Eritositosis
relatif terjadi ketika nilai hematokrit tinggi namun jumlah eritrosit normal.
Keadaan tersebut disebabkan oleh kontraksi limpa atau dehidrasi. Eritrositosis
absolut ditandai dengan nilai hematokrit yang tinggi karena peningkatan jumlah
eritrosit akibat peningkatan produksi eritropoietin (Guyton dan Hall, 1997
dalam ariyani,dkk).
Menghitung jumlah eritrosit dan leukosit yang
terkandung dalam darahmemang bukan suatu hal yang mudah karena sel-sel darah
merah yang terkandungdalam darah berukuran sangat kecil sehingga dibutuhkan
seperangkat alat yangdinamakan dengan Hemositometer dengan bantuan mikroskop.
Hemositometeradalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan
sel secaracepat dan dapat digunakan untuk
konsentrasi sel yang rendah. Dalam prosespenghitungan sel-sel darah
merah dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten dalamcara menghitung.
Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam kamar hitungyang bersakala
atau berukuran kecil dengan jumlah 4 buah untuk menghitung BDPdan 5 buah untuk
menghitung BDM. Darah bagi organisme sangat penting, apabila terjadi kekurangan
atau kelebihan sel darah maka mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis
suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Guyton,1995).
Secara keseluruhan, fungsi utama zat besi bagi tubuh
adalah membawa (sebagai carrier), oksigen dan karbondioksida, serta untuk
pembentukan darah (haemoglobin). Fungsi lainnya antara lain sebagai bagian dari
enzim, untuk produksi antibodi, dan untuk penghilangan (detoksifikasi) zat
racun di dalam hati (Aggorodi dkk., 1995). Zat besi merupakan salah satu
komponen penyusun hemoglobin. Jika tubuh kekurangan zat besi (defisiensi zat
besi), maka akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada
terhambatnya pembentukan sel darah merah. Selanjutnya timbullah anemia akibat
kekurangan zat besi yang disebut dengan anemia defisiensi zat besi(Rusiman,
2008). Sehingga darah yang sehat adalah darah yang cukup oksigennya, oleh
karena oksigen dibawa dan diikat oleh hemoglobin (Hb), maka semakin tinggi kandungan
Hb-nya maka potensi ternak untuk selalu sehat akan lebih besar (winters dalam Dono,dkk, 2004).
Metode sahli merupakan
satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan
HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi asam hematin. Untuk dapat menentukan
kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan
aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar (Hillman,1995).
BAB
III
METODE
A.
Alat
dan Bahan
1. Pemberian
ekstrak tanaman
a.
Alat
1)
Timbangan
2)
Kandang puyuh
3)
Gelas ukur
4)
Seperangkat alat bedah
5)
Bak bedah
6)
Alat tulis
b.
Bahan
1)
Puyuh jantan(Coturnix-coturnix javanica) dengan umur kira-kira 6 minggu
2)
Ekstrak tanaman tebu
3)
Pakan puyuh
4)
Kapas
5)
Tisu
6)
Akuades
7)
Formalin 4%
8)
Asam asetat glacial
9)
NaCl Fisiologis
10) Cotton
Budd
2. Kadar
hemoglobin dalam darah
a.
Alat
v Hemoglobin
Sahli, terdiri atas:
1)
tabung
sahli berskala (% atau gr %)
2)
pipet sahli 0,02 ml(20 cmm) dan
aspirator
3)
standar warna sahli
4)
alat pengaduk
5)
pengukur waktu (tidak selalu tersedia)
v Jarum
penusuk pembuluh darah(lanset,franke atau lainnya).
v Gunting(bila
perlu)
b.
Bahan
1)
HCL 0,1 N
2)
Aquadestilata
3)
Alkohol 70% dan kapas
3. Jumlah
BDM dan BDP dalam darah
a.
Alat:
1)
Hemositometer Neubauer atau merek
lainnya,yang terdiri atas:
a) Kamar hitung dan kaca penutupnya
a) Kamar hitung dan kaca penutupnya
2)
Pipet (pengencer) eritrosit,dengan ciri di
dalamnya terdapat butiran berwarna merah , dan skala pada pipet tersebut : 0,5
-1,0 -1,1.
3)
Pipet (pengencer) leukosit,dengan ciri
di dalamnya terdapat butiran berwarna putih,dan skala pada pipet ini: 0,5 – 1,0
-1,1
4)
Kedua pipet tersebut dilengkapi dengan
aspirator
5)
Mikroskop biasa,dengan objektif 10 x dan
45 x; okuler : 10 x
6)
Alat pengambil darah : lanset / jarum
franke
7)
Cawan / mangkok kecil (2) untuk tempat
larutan pengencer
8)
Alat untuk menghitung (hand counter)
9)
Gunting bila perlu
b.
Bahan:
1) Larutan
pengencer dapat dipilih:
2) Untuk
eritrosit misalnya larutan hayem
3) .Untuk
leukosit aves : modifikasi Rees dan Ecker
4) Alkohol
70% kertas atau kain penyerap yang halus (kertas tissue).
B.
Waktu
dan Tempat
1. Aklimatisasi
burung puyuh
Hari,
tanggal : Selasa, 13 November 2012 – Rabu, 17 November
2012
Tempat :
Rumah kasa laboratorium biologi FKIP Untan
2. Pemberian
larutan pengujian
Hari,
tanggal : Rabu, 17 November 2012 – Selasa, 27 November
2012
Waktu : 12.00 WIB
Tempat : Rumah kasa laboratorium biologi FKIP
Untan
3. Penghitungan
jumlah BDP dan BDM, pengukuran kadar hemoglobin, serta pengukuran bobot hati
Hari,
tanggal : Rabu, 28 November 2012
Waktu : 15.00 WIB – 19.30 WIB
Tempat :
Laboratorium biologi FKIP Untan
C.
Langkah
Kerja
1.
Pembuatan
Ekstrak
a. Ditimbang
berat basah daun tebu yang muda ± 1 kg, kemudian dibersihkan dan diambil bagian
yang diinginkan.
b. Dikeringkan
dengan cara dijemur di bawah terik matahari dengan dialasi dan ditutupi koran
supaya daun tidak terkontaminasi kotoran atau berceceran. Daun dijemur selama ±
3 hari atau hingga tecapai berat konstan daun.
c. Dicincang
halus daun yang sudah kering.
d. Direndam
dengan larutan methanol 90% sebanyak 1 liter selama 2 x 24 jam. Perendaman
dilakukan di dalam ken dan pada saat perendaman harus sering di goncang supaya
daun tersebut dapat terendam merata.
e. Disaring
untuk mendapatkan hasil perendaman pertama, hasil penyaringan kemudian di
tampung pada petri dish dan dikeringkan dengan cara di kipas selama 24 jam atau
hingga kering.
f. Ampas
dari penyaringan pertama direndam kembali dan dilakukan hal yang sama seperti
pada perendaman pertama. Kemudian disaring untuk mendapatkan hasil perendaman
kedua. Dituangkan ke dalam petri dish dan dikeringkan dengan kipas angin selama
24 jam.
g. Hasil
penyaringan pertama dan kedua yang sudah dikeringkan dengan kipas angin kemudian digabungkan dan dikeringkan kembali
serta dimasukkan ke dalam botol.
h. Botol
yang digunakan sebagai wadah untuk penyimpanan ekstrak ditimbang agar diketahui
berat ekstrak yang diperoleh nantinya.
i. Hasil
penggabungan tersebut kemudian dikeringkan kembali hingga benar-benar kering di
dalam botol tersebut.
j. Setelah
kering / beratnya menjadi konstan, botol tersebut di segel dan disimpan sebelum
digunakan dalam percobaan.
2.
Penentuan
Dosis dan pemberiannya
·
15 ekor burung
puyuh ditimbang berat badannya masing-masing
·
Berdasarkan
berat badan tiap-tiap burung ditentukan jumlah aquadest, larutan stock ekstrak
daun tebu, dan immunostimulant sesuai dosis berikut:
1.
Dosis aquadest:
0,5 ml / 200 gr BB
2.
Dosis ekstrak
daun tebu: 125 mg / kg BB (dalam larutan stock 2 gr ekstrak / 50 ml aquadest).
3.
Dosis
immunostimulant: 0,5 ml / kg BB
·
Penentuan dosis
dilakukan pada hari ke-1, ke-3, dan ke-7 seiring dengan perubahan berat badan burung puyuh.
3.
Pengujian
a. Pengujian
ekstrak tumbuhan terhadap fisiologi darah burung puyuh
1) Burung
puyuh jantan berjumlah 15 ekor, dikelompokan menjadi 3 yaitu 5 ekor kelompok
kontrol, 5 ekor kelompok perlakuan, dan 5 ekor kelompok kontrol positif.
2) Burung
puyuh diaklimatisasi selama 7 hari
3) Burung
puyuh diberi perlakuan selama 10 hari , setiap 3 hari berat puyuh ditimbang.
Burung diberi pakan standar adlibitum
4) Pada
hari ke 11 darah burung diambil selanjutnya dilakukan pembedahan dan
penimbangan organ hati.
5) Parameter
yang diukur meliputi kadar Hb, jumlah BDM, BDP, dan bobot organ hati.
b. Kadar
hemoglobin dalam darah
1) Tabung
sahli diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai angka 10 (garis paling bawah pada
tabung)
2) Tempat
pengambilan darah dibersihakan dengan menggunakan kapas beralkohol dan
dibiarkan hingga kering.
3) Pembuluh
darah ditusuk dengan menggunakan pipet sahli dan aspiratorinya, darah dihisap
sampai batas 0,02 ml perlahan-lahan.
4) Ujung
pipet dibersihkan den segera dimasukkan darah ke dalam tabung sahli, tabung
sahli diletakan antara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer.
5) Dibiarkan
selama 3 menit sampai terbentuk asam hematin yang berwarna coklat.
6) Dengan
menggunakan pipet tetes, ditambahkan ke dalam tebung setetes-setetes
aquadestilata sambil diaduk, sampai warna sama dengan warna standar.
7) Tinggi
permukaan cairan dibaca pada tabung sahli dengan melihat skala jalur gr o/o
, yang berarti banyaknya hemoglobin dalam per 100 ml darah , jalur skala
lainnya pada tabung sahli, kalau ada yang ,menunjukan o/o hemoglobin terhadap
nilai hemoglobin normal 15,6 gr o/o , atau nilai normal
lainnya yang tertera pada alat hemoglobinometer.
c. Jumlah
Butir darah merah dan jumlah butir darah putih
-
Untuk Menghitung Butir darah merah
(eritrosit)
1) Aspirator
dipasang pada ujung pipet eritrosit.
2) Setelah
dibersihkan daerah tempat pengambilan darah, tusuk pembuluh darahnya, darah
yang pertama keluar dihapus dulu, dengan menggunakan aspirator pada pipet, darah
dihisap darah yang keluar berikutnya, sampai pada batas angka 0,5 atau 1,0 pada
pipet eritrosit.
3) Ujung
pipet dibersihkan dengan kertas atau kain yang halus(kertas tissue).
4) Dengan
cepat dan hati-hati, dihisaplah larutan pengencer Hayem sampai tanda 101 yang
tertera pada pipet, harus diperhatikan pada waktu menghisap darah atau larutan
pengencer tidak boleh ada gelembung udara, bila hal ini terjadi harus diulang, juga terdapat bekuan, bila
kelebihan sedikit larutan yang dihisap, dengan hati-hati disinggungkanlah ujung
pipet pada kertas tissue , jangan ditiup.
5) Aspirator
dilepaskan dengan hati-hati dari pipetnya, harus dijaga agar tidak ada cairan
yang keluar dari pipet.
6) Dengan
menutup kedua ujung pipet dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, dikocoklah
isi pipet dengan cara membuat gerakan angka 8 agar yang tercampur hanyalah yang
terdapat dibagian pipet yang membesar saja (1,0-101)
7) Cairan
dibuang pada ujung pipet yang tidak ikut terkocok
8) Dimasukan
dengan hati-hati setetes cairan kedalam kamar hitung dengan cara menempelkan
ujung pipet pada tempat pertemuan antara dasar kamar hitung dan kaca penutup,
jangan ditiup.
9) Butir-butir
darah dibiarkan yang ada di dalam kamar hitung mengendap.
10)
Jumlah butir darah merah dihitung dengan
menggunakan teknikyang telah di kemukakan tadi untuk menghitung jumlah butir
darah putih (leukosit)
-
Teknik yang sama dengan pada butir darah
merah, perbedaannya terdapat dalam macam pipet, larutan pengencer, dan ruang
hitungnya.
1) Dengan
pipet leukosit, darah dihisap sampai tanda 0,5 atau sampai 1,0
2) Kemudian
larutan pengencer Turk diisap sampai tanda 11 pada ujung lain pipet ini
3) Selanjutnya
cara sama debgan BDM
D. ANALISIS DATA
Perhitungan
BDM
Rumus:
a x 50 x 200
a = jumlah
butir sel darah merah
Kandang
1(kontrol) pemberian aquades
A I = 218 x 50 x 200 = 2.180.000
A II = 256 x 50 x 200 = 2.560.000
A III = 499 x 50 x 200 = 4.990.000
A IV = 454 x 50 x 200 = 4.540.000
A V = 357 x 50 x 200 = 3.570.000
Rata-rata = 3.568.000
Kandang
2 pemberian ekstrak tebu
B I = 841 x 50 x 200 = 8.410.000
B II = 269 x 50 x 200 = 2.690.000
B III =563 x 50 x 200 = 5.630.000
B IV = 631 x 50 x 200 = 6.310.000
B V = 821 x 50 x 200 = 8.210.000
Rata-rata = 6.250.000
Kandang 3 pemberian stimuno
C I = 860 x 50 x 200 = 8.600.000
C II = 2326 x 50 x 200 = 23.260.000
C III = 855 x 50 x 200 = 8.550.000
C IV = 789 x 50 x 200 = 7.890.000
C V = 1050 x 50 x 200 = 10.500.000
Rata-rata = 11.760.000
Perhitungan
jumlah butir BDP pada burung puyuh
Rumus
BDP
= b x 50
Kandang
1 pemberian aquades
A I = 34 x 50 = 1.700
A II = 143 x 50 = 7.150
A III = 164 x 50 = 8.200
A IV =54
x 50 = 2.700
AV = 54 x 50 = 3.900
Rata-rata = 4.730
Kandang
2 pemberian ekstrak tebu
BI =
245 x 50 = 12.250
BII = 364 x 50 = 18.250
BIII = 301 x 50 = 15.050
BIV =
291 x 50 = 14.550
BV = 215 x 50 = 10750
Rata-rata = 14.170
Kandang
3 pemberian stimuno
CI = 750 x 50 = 37.500
CII = 576 x 50 = 28.800
CIII = 471 x 50 = 23550
CIV = 804 x 50 = 40.200
CV = 383 x 50 = 19.150
Rata-rata = 29.840
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
pengamatan
DATA
HASIL PENGAMATAN BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix
javonica)
1. DOSIS PEMBERIAN AQUADES, EKSTRAK, DAN
STIMUNO
NO KANDANG
|
PERLAKUAN
|
JUMLAH DOSIS
(ml)
|
|||||||
21
NOV ‘12
|
22 NOV ‘12
|
23 NOV ‘12
|
24 NOV ‘12
|
25 NOV ‘12
|
26 NOV ‘12
|
27 NOV ‘12
|
|||
KANDANG I
|
PEMBERIAN
AQUADES
|
A I
|
0.325
|
0.325
|
0.325
|
0.325
|
0.325
|
0.325
|
0.325
|
A II
|
0.375
|
0.375
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
||
A III
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.375
|
||
A IV
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
||
A V
|
0.375
|
0.375
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.375
|
||
KANDANG II
|
PEMBERIAN
EKSTRAK DAUN TEBU
|
B I
|
0.47
|
0.47
|
0.41
|
0.41
|
0.41
|
0.41
|
0.35
|
B II
|
0.44
|
0.44
|
0.41
|
0.41
|
0.41
|
0.41
|
0.325
|
||
B III
|
0.41
|
0.41
|
0.44
|
0.44
|
0.44
|
0.44
|
0.35
|
||
B IV
|
0.44
|
0.44
|
0.41
|
0.41
|
0.41
|
0.41
|
0.35
|
||
B V
|
0.5
|
0.5
|
0.44
|
0.44
|
0.44
|
0.44
|
0.35
|
||
KANDANG III
|
PEMBERIAN
STIMUNO (IMMUNO STIMULANT)
|
C I
|
0.375
|
0.375
|
0.275
|
0.275
|
0.275
|
0.275
|
0.325
|
C II
|
0.375
|
0.375
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.375
|
||
C III
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
||
C IV
|
0.3
|
0.3
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
||
C V
|
0.375
|
0.375
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
0.35
|
2. BERAT BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix javonica)
HARI/
TANGGAL
|
KANDANG I
(AQUADES)
BERAT DALAM ONS
|
KANDANG II
(EKSTRAK )
BERAT DALAM ONS
|
KANDANG III
(STIMUNO)
BERAT DALAM ONS
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
SABTU
17-11-2012
|
1.5
|
1.5
|
1.5
|
1.4
|
1.5
|
1.6
|
1.5
|
1.5
|
1.4
|
1.5
|
1.6
|
1.7
|
1.5
|
1.4
|
1.6
|
SELASA
20-11-2012
|
1.3
|
1.5
|
1.4
|
1.4
|
1.5
|
1.5
|
1.4
|
1.3
|
1.4
|
1.6
|
1.5
|
1.5
|
1.4
|
1.2
|
1.5
|
JUM’AT
23-11-2012
|
1.3
|
1.4
|
1.4
|
1.4
|
1.4
|
1.3
|
1.3
|
1.4
|
1.3
|
1.4
|
1.1
|
1.4
|
1.4
|
1.4
|
1.4
|
SELASA,
27-11-2012
|
1.3
|
1.4
|
1.5
|
1.4
|
1.5
|
1.4
|
1.3
|
1.4
|
1.4
|
1.4
|
1.3
|
1.5
|
1.4
|
1.4
|
1.4
|
·
Berat ekstrak =
10.23 gram
3. PENGAMATAN HATI BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix javonica)
NO KANDANG
|
PERLAKUAN
|
BERAT (gram)
|
WARNA
|
|
KANDANG I
(kandang kontrol)
|
PEMBERIAN
AQUADES
|
A I
|
2.65
|
Merah
kecoklatan
|
A II
|
1.74
|
Merah
kecoklatan
|
||
A III
|
2.43
|
Merah
kecoklatan
|
||
A IV
|
4.54
|
Merah
kecoklatan
|
||
A V
|
1.93
|
Merah
kecoklatan
|
||
KANDANG II
(kandang perlakuan)
|
PEMBERIAN
EKSTRAK DAUN TEBU
|
B I
|
1.87
|
Merah
kecoklatan
|
B II
|
3.53
|
Merah
kecoklatan
|
||
BIII
|
2.45
|
Merah
kecoklatan
|
||
B IV
|
2.57
|
Merah
kecoklatan
|
||
B V
|
2.58
|
Merah
kecoklatan
|
||
KANDANG III
(kandang
kontrol positif)
|
PEMBERIAN
STIMUNO (IMMUNO STIMULANT)
|
C I
|
3.37
|
Pucat
|
C II
|
2.91
|
Merah
kecoklatan
|
||
C III
|
2.00
|
Merah
kecoklatan
|
||
C IV
|
3.18
|
Merah
kecoklatan
|
||
C V
|
1.67
|
Merah
kecoklatan
|
4. PENGAMATAN KADAR HB, BDP, DAN BDM
NO KANDANG
|
PERLAKUAN
|
HB
|
BDP
|
BDM
|
|
KANDANG I
(kandang kontrol)
|
PEMBERIAN
AQUADES
|
A I
|
16.2%
|
34
|
218
|
A II
|
10.2%
|
143
|
256
|
||
A III
|
20.2%
|
164
|
449
|
||
A IV
|
7.7%
|
54
|
454
|
||
A V
|
7%
|
78
|
357
|
||
KANDANG II
(kandang perlakuan)
|
PEMBERIAN
EKSTRAK DAUN TEBU
|
B I
|
10.8%
|
245
|
841
|
B II
|
10.8%
|
364
|
269
|
||
BIII
|
16%
|
301
|
563
|
||
B IV
|
5.7%
|
291
|
631
|
||
B V
|
9%
|
215
|
821
|
||
KANDANG III
(kandang
kontrol positif)
|
PEMBERIAN
STIMUNO (IMMUNO STIMULANT)
|
C I
|
10.6%
|
750
|
860
|
C II
|
14.2%
|
576
|
2326
|
||
C III
|
9.8%
|
471
|
855
|
||
C IV
|
6.6%
|
804
|
789
|
||
C V
|
8.8%
|
383
|
1050
|
B.
Pembahasan
pada
praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak terhadap
jumlah darah yaitu BDM, BDP dan Hemoglobin pada darah burung puyuh (Coturnix-coturnix javonica) serta
mengetahui berat hatinya, pada pecobaan ini ekstrak yang kami menggunakan
adalah ekstrak dari pucuk daun tebu, disini kami menggunakan 15 sampel burung
puyuh yang menempati kandang yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu dengan tanda A,B,dan C pada kandang A
terdiri dari A1,A2,A3,A4, dan A5 diberi perlakuan A1,A2,A3,A4, dan A5 merupakan
kandang kontrol, burung puyuh pada kandang ini diberi perlakuan dengan
menggunakan aquades, kemudian pada
kandang B yang terdiri dari B1,B2,B3,B4, dan B5 merupakan kandang perlakuan
dimana burung puyuh pada kandang ini diberi ekstrak daun tebu, dan pada kandang
C yaitu C1,C2,C3,C4,dan C5 adalah kandang kontrol positif dimana pada kandang
ini burung puyuh diberi imuno stimulan yaitu stimuno rasa jeruk. Perlakuan
dilakukan 17 hari, 7 hari yang pertama dilakukan aklimatisasi (suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan
dimasukinya) terhadap burung puyuh selama 7 hari setelah itu dilanjutkan dengan
proses pengujian ekstrak selama 10 hari a yang mana di lakukan selama 3 hari
sekali. namun jika dilihat dari keadaan berat badan burung selama proses
pencekokan, berat badan burung tersebut mengalami fluktuasi yang tidak stabil.
Kami menggunakan percobaan dengna menggunakan burung puyuh dan daun tebu dikarenakan
burung puyuh sangat ekonomis untuk penelitian karena ukuran yang kecil, siklus
reproduksi singkat, lebih sensitive terhadap substansi estrogenik dari pada
anak ayam (Istriyati, 2003). Sedangkan pada daun tebu adalah nutrisinya dimana
pada tebu ini terdapat senyawa octacosanol sejenis alcohol rantai panjang yang
mampu menurunkan kadar kolesterol dalm darah. Octacosanol juga menghambat
penumpukan plak pada dinding pembuluh, bahkan dapat melakukan perlindungan
terhadap oksidasi protein darah.
Untuk mengetahui jumlah eritrosit dalam
darah dilakukan penghitungan eritrosit dengan menggunakan hemasitometer.
Penambahan larutan Hayem adalah untuk melisiskan sel darah putih unutk
memudahkan perhitungan darah merah. Dengan menggunakan larutan Hayem tersebut,
darah sekaligus diencerkan 200x menggunakan pipet eritrosit. Setelah tercampur
merata, kemudian sel darah dihitung di bawah mikroskop dengan gelas neaubaeuer.
Metode yang digunakan adalah metode kamar hitung. Perhitungan hanya dilakukan
pada 5 kamar yang kemudian diambil nilai rata-ratanya. Jumlah butir darah yang
berada dalam kamar hitung hanya mewakili sebagian dari banyaknya butir darah
dalam 0,5 mm darah seluruhnya. Sehingga diperlukan perhitungan lebih lanjut
dengan mengalikan faktor pengenceran dan jumlah darah, didapatkan hasil akhir Dari
pengamatan didapat bahwa rata-rata jumlah BDM pada kandang kontrol adalah
3.568.000, lalu pada kandang perlakuan rata-rata jumlah BDM nya adalah
6.250.000, kemudian pada kandang kontrol positif rata-rata jumlah BDM nya
adalah 11.760.000. pada keadaan normal nya jumlah BDM pada unggas rata-ratanya
adalah 3.500.00, sehingga pada puyuh kandang kontrol jumlah BDM nya normal.
Dari pengamatan ini juga terlihat bahwa jumlah BDM tertinggi adalah pada puyuh
kandang kontrol positif. Kemudian pada Hal ini tidak sejalan dengan hasil
tertinggi pada kadar hemoglobin, yang mana pada kandang kontrol kadar
hemoglobinya lebih besar. Seharusnya apabila kadar hemoglobin besar, maka
jumlah BDM nya akan besar pula, karena hemoglobin(Hb) merupakan komponen
esensial sel-sel darah merah (eritrosit).
Menurut sumber, jumlah butir darah merah pada
burung puyuh berjumlah sekitar 5.000.000. Sedikit perbedaan terjadi karena
hasil pengamatan yang kurang teliti dari pengamatan dan ketidaktepatan rasio
antara darah dan larutan pengencer (hayem) dalam pengenceran.
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem
pertahanan tubuh. Sistem pertahanan ini sebagian dibentuk di dalam sumsum
tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan
sebagian lagi di jaringan limfoid (limfosit dan sel plasma).
Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh
untuk digunakan. Kebanyakan leukosit secara khusus diangkut menuju
daerah-daerah yang mengalami peradangan (Guyton 1997).
Jumlah total leukosit per mililiter darah adalah
refleksi dari keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan berbagai jaringan
terhadap leukosit. Aktivitas yang cukup mempengaruhi jumlah total leukosit
dalam keadaan sehat (Schalm &Carrol 1975).
Kemudian
pada pengukuran bobot hati puyuh didapat dari hasil pengamatan bahwa rata-rata
bobot hat pada kandang kontrol adalah 2,66, lalu rata-rata bobot hati pada
kandang perlakuan adalah 2,6, kemudian rata-rata bobot hati pada kandang
kontrol positif adalah 2,63. Dari hasil tersebut didapat bahwa bobot hati
paling besar adalah pada puyuh kandang kontrol.
Fungsi hemoglobin di dalam darah membawa
oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa kembali
karbondioksida dariseluruh sel ke paru-paru untuk
dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima,
menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot Mengatur pertukaran oksigen
dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh, Mengambil oksigen dari
paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai
bahan bakar dan Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai
hasilmetabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakahseseorang
itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui denganpengukuran kadar
hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin darinormal berarti kekurangan darah yang
disebut anemia.kemudian Untuk menghitung jumlah
leukosit,digunakan Larutan turk yang mana merupakan larutan asam yang
penambahannya digunakan untuk melarutkan darah, sehingga leukosit mudah untuk
dihitung. Dari pengamatan didapat rata-rata kedar BDP pada kandang kontrol
adalah 4.730, lalu rata-rata BDP pada kandang perlakuan adalah 14.170, kemudian
rata-rata jumlah BDP pada kandang kontrol pofitif adalah 29.840. Dari hasil
tersebut didapat bahwa jumlah BDP terbesar adalah pada puyuh pada kandang
kontrol positif, hal ini dapat dikarenakan pada puyuh kandang kontrol positif dalam
perlakuannya diberi imuno stimulan, yang mana kandungan dari stimuno ini dapat
meningkatkan produksi sel darah putih. Selain itu, penigkatan jumlah sel darah
putih dapat disebabkan karena adanya virus yang mencoba mengganggu sistem
tubuh, sehingga pembentukkan atau produksi sel darah putih semakin menigkat
pula atau semakin banyak
Kemudian
pada pengukuran bobot hati puyuh didapat dari hasil pengamatan bahwa rata-rata
bobot hat pada kandang kontrol adalah 2,66, lalu rata-rata bobot hati pada
kandang perlakuan adalah 2,6, kemudian rata-rata bobot hati pada kandang
kontrol positif adalah 2,63. Dari hasil tersebut didapat bahwa bobot hati
paling besar adalah pada puyuh kandang kontrol.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
pemberian ekstrak tanaman tebu (Sacharum
officinarum) dapat menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin, sel darah
merah, sel darah putih serta berat bobot hatinya hal ini dikarenakan pada tebu
terdapat senyawa octacosanol pada daun tebu itu sendiri. Dimana produksi sel
darah merah itu sendiri dipengaruhi oleh hormon eritropoietin (EPO),suatu
hormon yang dilepaskan ginjal sebagai respon terhadap kadar oksigen yang
rendah(hipoksia).Apabila sel darah merah meningkat, maka kadar hemoglobinya
juga meningkat karena hemoglobin merupakan komponen utama dari sel darah merah
yang mengikat oksigen. Kemudian untuk sel darah putih, peningkatanya
dapat dipengaruhi adanya virus yang mencoba mengganggu sistem pertahanan tubuh,
sehingga pembentukkan atau produksi sel darah putih semakin menigkat pula.
B. Saran
Pada
saat melakukan aklimitasi pada burung puyuh diharapkan praktikan melakukannya
dengan sungguh-sungguh sehingga tidak terjadi kekeliruan pada analisis data,dan
pada saat penentuan Dosis yang akan diberikan. untuk bururng puyuh perlu
dilakukan dengan teliti dan seksama karena apabila salah itu akan berpengaruh
kepada hasil akhirnya nanti.
Pada
saat melakukan perhitungan terhadap BDM,BDP dan Hemoglobin perlu dilakukan
pengamatan dengan sungguh-sungguh untuk menghitung kadar BDM dan BDP dan
membedakan warna pada penentuan kadar hemoglobin
DAFTAR PUSTAKA
Aggorodi,
H.R, 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum.
Gramedia Pustaka, Jakarta. (dalam Jurnal I Ketut Mudite Adyane, dkk. Vol
23,No.3,September 2007).Diakses
tanggal 18 desember 2012 pukul 18.00 WIB.
Ariyani, S , dkk . 2012 . STATUS DARAH DAN TITER NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG PUYUH PETELUR
YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN TEPUNG DAUN OROK-OROK (Crotalaria
usaramoensis)SEBAGAI SUMBER PROTEIN . volume 1 . nomor 1 . halaman 193-202
. semarang : Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang
Animal Agricultural Journal.
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New Jersey :
Prentince Hall.
Dono
, D , dkk . 2006 . PROFIL DARAH DAN BURSA
FABRICUS AYAM BROILER YANG MENDAPATKAN SUPLEMENTASI JAHE MERAH DALAM RANSUMNYA
. volume 19 . nomor 2 . halaman 139-144 . jogjakarta : Universitas Gajah Mada.
Elewad,
S. H.,L.H.Allen Jr.,G.J. Gacho.1982.Respose
of sugarcane to silicate Soure and Rate:I.
Growth and Yield.II. Leaf Freckling and Nutrition. Agronomy Journal. 74(3) :
481-484.
Frandson,
R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Guyton, Arthur C.1995.Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 7.Buku Kedokteran EGC.
Hillman RS, Ault KA.
1995. Iron Deficiency Anemia Hematology
in Clinical Practice A Guide to Diagnosis and Management. McGraw Hill. New
York : 72-85.
Irianto,
Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1.Bandung : CV. Yrama
Widya
Listiyowati. E., dan Roospitasari. K.,
2000. Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara
Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta. (dalam jurnal Afif Zuldi. Januari
2011). (Diakses tanggal 19 Desember 2012).
Meryandini
Anja et al. 2009. Isolasi bakteri dan
karakterisasi enzimnya. Makara Sains 2009; 13: 33-38.
Suhardi, Koesnandar, Indriani,
Arnaldo. 2008. Biosafety : Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium
Mikrobiologi dan Rumah Sakit. Jakarta : PT. Multazam Mitra Prima.
LAMPIRAN
A.
Pemilihan
daun tebu :
B. Pengeringan ekstrak :
C.
Puyuh dan
kadang puyuh :
D. Pemotongan Puyuh
E.
Hati Puyuh :
F.
Pembedahan :
0 komentar:
Posting Komentar